~Menjadi Serupa dengan gambar-Nya

Apakah sesungguhnya pelayanan itu? Apa yang menjadi dasarnya yang sesungguhnya? Bagaimana seharusnya tujuan dari pelayanan itu.
Bagi rasul Paulus, pelayanan itu harus memimpin pada pembenaran (ayat 9) dari berbagai macambelenggu, karena itu harus dilakukan bukan hanya dengan kekuatan diri sendiri, dan tidak cukup dengan hukum yang tertulis. Dengan jujur dan tegas ia menulis: “kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayanan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum-hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (ayat 5).
Tujuan akhir dari pelayanan itu adalah “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya”. Bukan, mengumpulkan dana persembahan demi diri sendiri; juga bukan mentuhankan dogma/denominasi, apalagi mengkultuskan seseorang yang seakan-akan paling hebat dan suci. Karena hidup kita harus mencerminkan kemuliaan Allah!
Sudahkah?....
~Hidup di Pimpin Roh

Bagi rasul Paulus keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging. Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh. “Jikalau kamu member dirimu dipimpin oleh Roh, maka kami tidak hidup di bawah Taurat” (ayat 18).
“Perbuatan daging telah nyata, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya … barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (ayat 19-21).
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (ayat 22-23). Orang-orang yang sudah lahir baru, maka dari kata, sikap dan perbuatannya senantiasa mencerminkan buah Roh. Kalau tidak, maka ia masih hidup menurut keinginan daging. “Jika kita hidup oleh Roh, baiklah kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki” (ayat 25-26).
~Mengaku Berdosa

Jujur pada diri sendiri merupakan tanda kedewasaan spiritual seseorang. Hanya orang yang pertumbuhan spiritual seperti rasul Paulus yang berani mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling berdosa (1 Tim 1:15). Dan, hari ini kita kembali membaca pengakuan dosa raja Daud.
Raja Daud tidak hanya mau mendengar teguran nabi Natan, tapi ia mau mengaku dosa di hadapan Tuhan. Kita mungkin dapat menyembunyikan perbuatan jahat kita dari mata manusia, tapi dosa-dosa kita terlihat jelas di mata Tuhan. Dan, raja Daud pun mengaku dosa dan memohon ampun daripada Tuhan.
Banyak cerita yang kita dengar di balik penampilan memikat para artis dan pengkhotbah panggung KKR. Sesudah penampilannya, ribut soal pembagian dana persembahan. Kita pun tahu <span>banyak gereja yang pelayanannya bermotifkan uang</span>, menekan peserta kebaktian untuk memberikan persembahan, bukan peningkatan kualitas spiritualnya. Itu pun dosa-dosa di mata Tuhan. Perlu ada keberanian mengaku dosa dan menunjukkan tanda-tanda pertobatan.
Bagaimana?
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh” (Yakobus/James 5:16).
~“Kuasa Doa”

Masihkah percaya akan kuasa doa? Pernah punya pengalaman tentang doa yang memulihkan? Kalau tidak punya, jangan-jangan memang kita tidak punya pengalaman untuk dibagikan. Jika demikian masihkah kita bisa disebut orang beriman?
Umat kristiani perdana, sangat menekankan kuasa doa. “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!” (ayat 13). “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia” (ayat 14). Tapi, kesembuhan dan pemulihan sangat ditentukan oleh kesediaan kita mengaku dosa kepada Tuhan. Artinya, bentukkualitas penyerahan diri kita kepada Tuhan, akan membuat kuasa Tuhan bekerja melalui doa yang kita sampaikan kepada-Nya.
Ya, Tuhanlah yang menyembukan! Bukan karena isi doa kita yang sudah sempurna. Itu beda doa danjimat (mantera) dari dukun. Kalau di dunia perdukunan, salah mengucapkan mantera (jampe-jampe), maka keinginan tidak terkabulkan. Tetaplah tekun berdoa kepada Tuhan! Orang yang masih berdoa, berarti masih mempunyai komunikasi (memelihara relasi) dengan Tuhan.
~Percayalah Kepada Kitab Suci!
“Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya” (2 Petrus/Peter 1:16).
Apakah arti Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bagi Anda? Sekedar buku pintar yang di dalamnya tersedia jawaban semua pertanyaan/masalah manusia dan dunia? Sekedar catatan para nabi dan orang pilihan-Nya yang mendapat inspirasi dari Sang Firman Sejati? Foto copy dari firman Tuhan yang turun dari surga? Maaf, saya tidak bermaksud membuat kita berdebat.
Tapi, penting sekali apa yang kita baca hari ini. Semua kesaksian tentang Yesus anak Maria, istri Yusuf itu, merupakan pengalaman beriman mereka yang mengikuti dan menyaksikan apa yang dilakukan dan terjadi di dalam pelayanan Yesus. Sehingga mereka sampai pada pengakuan dan menyembah Yesus sebagai Raja, Juruselamat, dan Tuhan! Itulah inti berita dari kitab Perjanjian Baru.
Kita bersyukur kemajuan yang dicapai oleh ilmu tafsiran yang bertujuan untuk menuntun kita mengerti apa sesungguhnya inti berita yang terkandung di dalam ayat-ayat/perikop Kitab Suci. Kita percaya bahwa Roh Kudus berkuasa menjelaskan kepada kita makna dari isi Kitab Suci kita. Tapi, ini penting, percayalah kepada kitab suci yang berisi tentang kesasksian tentang Tuhan Yesus, karena ia ditulis oleh “saksi mata dari kebesaran-Nya”, bukan mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia...
(Catatan Pastor TG.Tanos dari America)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar